catatan kecil

June 29, 2009

Central Serous Chorioretinopathy

Filed under: Mata,med papers — ningrum @ 6:08 pm

Retinopati serosa sentral merupakan kelainan pada makula lutea berupa penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa sentral terutama terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita terutama yang sedang menderita stress berat, dimana tajam penglihatan akan turun secara mendadak dengan terdapatnya skotoma sentral dengan metamorfopsia.(1)

Retinopati serosa sentral atau korioretinopati serosa sentral adalah sebuah penyakit dimana terdapat ablasio serosa retina neurosensorik sebagai akibat dari kebocoran cairan setempat dari koriokapilaris melalui suatu defek di epitel pigmen retina.(2,3) Penyebab-penyebab lain bocornya epitel pigmen retina, seperti neovaskularisasi koroid, inflamasi atau tumor harus dipisahkan untuk membuat diagnosis.(2)

          Retinopati serosa sentral dapat dibagi menjadi dua gambaran klinis yang berbeda. Secara klasik, retinopati serosa sentral disebabkan oleh satu atau lebih kebocoran terpisah yang berlainan pada tingkat epitel pigmen retina yang terlihat pada angiografi fluoresens. Bagaimanapun, saat ini diketahui bahwa retinopati serosa sentral dapat muncul sebagai disfungsi epitel pigmen retina difus (misal epiteliopati pigmen retina difus, retinopati serosa sentral kronik, epitel pigmen retina terdekompensasi) yang ditandai dengan lepasnya retina neurosensorik melewati area atrofi epitel pigmen retina dan pigmen mottling. Selama angiografi fluoresens area hiperfluoresens granular yang luas berisi satu atau beberapa kebocoran halus yang terlihat.(2)

 RETINA

          Retina merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.(3)

 

Anatomi

          Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multi lapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara koroid dan sklera, yang meluas ke taji sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serata, di bawah pars plana dan pars plikata. Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus.(3)

          Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut :

  1. Membrana limitans interna
  2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus
  3. Lapisan sel ganglion
  4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar
  5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
  6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor
  7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
  8. Membrana limitans eksterna
  9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar, batang dan kerucut
  10. Epitelium pigmen retina(3)

 

 

  

Fisiologi

          Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itulah makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).(3)

 

Pemeriksaan

Retina dapat diperiksa dengan oftalmoskop langsung atau tidak langsung atau dengan slitlamp (biomikroskop) dan lensa bikonveks kontak atau genggam. Dengan alat-alat ini, secara klinis pengamat yang berpengalaman mampu memisahkan lapisan-lapisan retina untuk menentukan jenis, tingkat, dan luas suatu penyakit retina. Fotografi fundus dan angiografi fluoresens merupakan alat bantu dalam pemeriksaan klinis: fotografi memungkinkan dokumentasi untuk perbandingan kemudian, dan angiografi menghasilkan detil vaskular yang penting untuk terapi penyakit retina dengan laser.(3)

 

DEFENISI

          Retinopati serosa sentral adalah suatu keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah makula akibat masuknya cairan melalui membran Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten; yang nyatanya terlihat sebagai edema makula.(4,5,6)

         

 ETIOLOGI

          Retinopati serosa sentral sering disebut retinopati serosa sentral idiopatik yang artinya penyebabnya tidak diketahui.(1,6,7) Namun demikian, stres tampaknya memainkan peranan penting. Retinopati serosa sentral juga dihubungkan dengan kortisol dan kortikosteroid, dan orang dengan tingkat kortisol lebih tinggi daripada normal juga memiliki kecenderungan untuk menderita retinopati serosa sentral.(2,7)

 

PATOFISIOLOGI

          Hipotesa patofisiologi sebelumnya termasuk transpor ion abnormal melewati epitel pigmen retina dan vaskulopati koroid fokal. Munculnya angiografi ‘hijau indosianin’ telah menyoroti pentingnya sirkulasi koroid pada patogenesis retinopati serosa sentral. Angiografi ‘hijau indosianin’ telah mendemonstrasikan area hipermeabilitas dan hiperfluoresens koroid multifokal yang mengusulkan kompromi vaskuler koroid fokal. Beberapa pengamat meyakini bahwa kompromi vaskuler koroid pertama yang kemudian mengarah pada disfungsi sekunder melalui epitel pigmen retina.(2)

          Beberapa studi menggunakan elektroretinografi telah mendemonstrasikan disfungsi retinal difus bilateral bahkan ketika retinopati serosa sentral hanya aktif pada satu mata. Studi-studi ini mendukung keyakinan pada efek sistemik difus pada vaskularisasi koroid.(2)

          Kepribadian tipe A, hipertensi sistemik, dan sleep apnea obstruktif mungkin duhubungkan dengan retinopati serosa sentral. Diduga patogenesisnya adalah karena meningkatnya sirkulasi kortisol dan epinefrin, yang mempengaruhi autoregulasi dari sirkulasi koroid. Lebih lanjut, Tewari dkk mendemonstrasikan pasien dengan retinopati serosa sentral yang menunjukkan terganggunya respon autonomik yang secara berarti menurunkan aktifitas parasimpatetik dan secara berarti meningkatkan aktifitas simpatik.(2)

          Kortikosteroid memiliki efek langsung pada ekspresi gen reseptor adrenergik sehingga menambah efek keseluruhan katekolamin pada patogenesis retinopati serosa sentral. Berikutnya studi yang beragam telah dengan yakin melibatkan efek kortikosteroid pada perkembangan retinopati serosa sentral.(2,7)

 

MORTALITAS/MORBIDITAS

          Ablasio retina serosa secara khusus sembuh spontan pada kebanyakan pasien. Bahkan dengan kembalinya ketajaman penglihatan sentral yang baik, banyak dari pasien-pasien ini masih terdapat diskromatopsia, hilangnya sensitivitas terhadap kontras, metamorfopsia atau yang paling jarang adalah niktalopia.(2)

          Pasein dengan retinopati serosa sentral (yang ditandai dengan kebocoran setempat) memiliki resiko rekurensi 40-50℅ pada mata yang sama. Resiko terjadinya neovaskularisasi koroid yang muncul dari retinopati serosa sentral sebelumnya siperkirakan kecil (< 5℅) namun memiliki frekuensi lebih tinggi pada pasien lebih tua dengan diagnosa retinopati serosa sentral.(2)

 

USIA DAN JENIS KELAMIN

          Secara klasik, retinopati serosa sentral lebih sering mengenai laki-laki pada usia 20-55 tahun dengan kepribadian tipe A. Kondisi ini mempengaruhi laki-laki 6-10 kali lebih banyak dibandingkan perempuan.(2,6,10)

 

DIAGNOSIS

Gambaran Klinis

  • Pandangan kabur / visus menurun (1,3,4,5,6,8,9)
  • Skotoma sentral (1,2,3,4,5,6,8,9,10)
  • Mikropsia (1,2,3,4,5,6,8,9,10)
  • Metamorfopsia (1,2,3,4,5,6,8,9,10)
  • Penurunan kemampuan melihat warna dan kontras (4,5)

 

Pemeriksaan Klinis

  • Oftalmoskopi indirek

Pada kasus tipikal telah menunjukkan lingkaran dangkal atau peninggian oval pada retina sensoris pada kutub posterior.(8)

Lepasnya lapisan serosa retina neurosensoris, peninggian kubah jernih biasanya pada daerah perifovea, menyebabkan peningkatan relatif dalam hiperopia, penurunan yang dihubungkan pada ketajaman penglihatan tak terkoreksi dan mengubah refleks membran limitans interna.(9) Lesi ini biasanya menghilang secara spontan dalam 3 – 4 bulan.(10)

  • Biomikroskopi slitlamp

Perlu sekali dilakukan dalam menegakkan diagnosa dan menyingkirkan penyebab lain lepasnya retina sensoris (misal lubang diskus optikus, koloboma diskus optikus, tumor koroid dan membran neovaskuler subretina). Biomikroskopi menunjukkan retina sensoris yang terlepas sebagai sesuatu yang transparan dengan ketebalan yang normal. Terpisahnya retina sensoris yang terlepas tersebut dari epitel pigmen retina yang mendasarinya dapat diketahui dengan menandai bayangan semu diatas epitel pigmen retina oleh pembuluh darah retina. Pada kasus tertentu, presipitat-presipitat kecil dapat dilihat pada permukaan posterior retina sensoris yang terlepas. Kadang-kadang daerah abnormal pada epitel pigmen retina dapat juga dijumpai melalui cairan yang bocor dari koriokapiler ke dalam ruang subretina dan pada beberapa kasus terlepasnya epitel pigmen retina yang kecil dapat dijumpai dalam lapisan serosa yang lepas. Cairan subretina dapat jernih maupun keruh.(8)

  • Angiografi fluorosens (6,7,8)

Walaupun dalam banyak kasus diagnosa dibuat secara klinis, angiografi fluoresens membantu dalam membuat diagnosa pasti retinopati serosa sentral, dan dalam menyingkirkan munculnya membran neovaskuler subretina dalam kasus-kasus atipikal. Pada retinopati serosa sentral terdapat kerusakan sawar retina-darah bagian luar yang memungkinkan lewatnya molekul fluoresens bebas ke dalam ruang subretina. Pada angiografi ada 2 pola yang terlihat :

  1. Gambaran kumpulan-asap (smoke-stack)

Selama fase awal perpindahan zat kontras, bintik hiperfluoresens muncul yang kemudian membesar secara vertikal. Selama fase vena lambat, cairan memasuki ruang subretina dan naik secara vertikal (seperti kumpulan asap) dari titik kebocoran sampai mencapai batas atas lepasannya. Zat kontras kemudian menyebar ke lateral mengambil bentuk mushroom atau payung, sampai keseluruhan area yang lepas terisi.(8)

  1. Gambaran noda tinta (ink-blot)

Kadang-kadang dapat terlihat pada bintik hiperfluoresens pertama yang berangsur-angsur bertambah ukurannya sampai seluruh ruang subretina terisi.(8)

 

  

DIAGNOSA BANDING (2)

  • Degenerasi makula terkait-usia
  • Edema makula Irvine-Gass
  • Lubang makula
  • Membran neovaskular subretina
  • Neovaskularisasi koroid
  • Ablasio retina eksudatif
  • Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada

 

PENATALAKSANAAN

          Fotokoagulasi laser harus dipertimbangkan bagi keadaan-keadaan berikut: (1) ablasio retina serosa persisten lebih dari 4 bulan, (2) rekurensi pada satu mata dengan penurunan penglihatan akibat retinopati serosa sebelumnya, (3) munculnya penurunan penglihatan pada mata yang berlawanan akibat dari kejadian retinopati serosa sentral sebelumnya, (4) pekerjaan, atau pasien membutuhkan syarat perbaikan penglihatan segera.(2)

Keberhasilan fotokoagulasi laser tidak terbukti jelas dalam menangani tempat lepasnya dan bocornya epitel pigmen retina jika fotokoagulasi laser ditempatkan pada area fovea. Robertson dan Ilstrup (1983) mengamati bahwa fotokoagulasi laser langsung pada area kebocoran epitel pigmen retina memperpendek kejadian retinopati serosa sentral kira-kira 2 bulan. Para pengamat ini lebih lanjut mencatat bahwa tidak terdapat rekurensi dalam periode 18 bulan, dimana rekurensi sebesar 34 ℅ telah diamati pada sekelompok pasien dengan fotokoagulasi indirek atau palsu.(10)

          Fotokoagulasi laser pada tempat kebocoran pada epitel pigmen retina tidak terlihat mempengaruhi hasil akhir visual secara bermakna.(2,3,8) Fotokoagulasi laser tidak mengurangi baik angka rekurensi maupun prevalensi penyakit kronik dimana perubahan epitel pigmen epitel progresif menimbulkan ancaman hilangnya penglihatan secara permanen. Bagaimanapun, fotokoagulasi laser mempercepat penyembuhan gejala dengan mempersingkat lepasnya serosa lebih cepat.(1,3,7,8)

          Termoterapi transpupil telah dianjurkan sebagai alternatif dengan resiko lebih rendah dibandingkan fotokoagulasi laser pada kasus dimana kebocoran terdapat pada makula sentral.(7)

          Penderita retinopati serosa sentral biasanya menemukan cara mereka sendiri untuk menangani kondisi mereka, yang mungkin termasuk mengurangi stres dan mengubah pola makan.(7)

 

PROGNOSIS

          Retinopati serosa sentralis merupakan penyakit yang akan hilang sendiri; biasanya akan terjadi remisi lengkap dalam 6 bulan.(1,4,6,9) Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif.(2,4,5) Sekitar 80℅ akan mengalami resolusi cairan subretina spontan dan kembali normal atau mendekati normal, dalam 1-6 bulan. 20℅ sisanya lebih lama dari 6 bulan, namun mengalami resolusi dalam 12 bulan.(8) Pada keadaan ini cairan subretina akan diserap kembali dan retina akan melekat kembali pada epitel pigmen tanpa gejala sisa subyektif yang menyolok.(4,5) Metamorfopsia, penurunan dalam penglihatan cahaya, dan perubahan dalam penglihatan warna dapat bertahan selama beberapa bulan dalam derajat yang ringan namun jarang menimbulkan kecacatan; dan mungkin juga menjadi permanen akibat serangan rekuren multipel ataupun ablasio yang lama. Ketajaman penglihatan cenderung kembali normal.(2,8,10) Jika gejala secara khusus mengganggu, fotokoagulasi laser dapat menurunkan lamanya waktu untuk resolusi.(9)

 

KOMPLIKASI

  • Sebagian kecil pasien mengalami neovaskularisasi koroid pada tempat kebocoran dan bekas laser. Pengamatan retrospektif kasus ini menunjukkan bahwa setengah dari pasien-pasien tersebut mungkin memiliki tanda-tanda neovaskularisasi koroid semu pada saat pengobatan. Pada pasien yang lain, resiko neovaskularisasi koroid mungkin meningkat dengan pengobatan laser.(2)
  • Ablasio retina bulosa akut dapat muncul sebaliknya pada pasien sehat dengan retinopati serosa sentral. Gambarannya dapat menyerupai penyakit Vogt-Koyanagi-Harada, ablasio retina regmatogenus, atau efusi uvea. Sebuah laporan kasus telah melibatkan penggunaan kortikosteroid pada retinopati serosa sentral sebagai faktor yang meningkatkan kemungkinan pembentukan fibrin subretina. Mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap akan menghasilkan perbaikan pada ablasio retina serosa.(2)
  • Dekompensasi epitel pigmen retina akibat serangan berulang akan berakibat atrofi epitel pigmen retina dan berikutnya atrofi retina. Dekompensasi epitel pigmen retina adalah manifestasi retinopati serosa sentral namun dapat juga dianggap sebagai komplikasi jangka panjang.(2)

38 Comments »

  1. Nice work you’ve done. May I have the complete list of references that you are using? It seems that you used the Vancouver (numeric) method, but there are no details about to which book/other sources that the numbers are refer to. I need Bahasa references for this topic. Thanks in advance.

    Comment by Nindi — October 20, 2009 @ 9:51 pm | Reply

    • sure, i’ll send you the references in email

      Comment by ningrum — October 21, 2009 @ 5:07 am | Reply

    • Terima kasih buat infonya sangat jelas, saya masih belum tau jenis penyakit istri saya apa yang jelas berhubungan dengan retina, karena sudah banyak rumah sakit mata yang saya kunjungi tapi masih belum ada kesembuhan. beberapa kali data-data mata istri dibawa ke LN oleh beberapa dokter untuk mencari informasi.
      Kalau boleh mohon di share referensi yang digunakan jika ada tentang pengobatan dan proses penyembuhannya. Tolong jika tidak memberatkan kirim email ke alamat saya.

      Trims mba,

      Salam

      Comment by Galung Malvinas — June 7, 2016 @ 2:59 pm | Reply

  2. Suatu artikel yang sangat menarik.
    Sama seperti Nindi bolehkah saya mendapatkan artikel lengkap tentang penyakit ini. Penyakit ini menurut saya tergolong unik sama uniknya dengan retina itu sendiri. Jadi saya ingin tahu lebih banyak.
    Kalau berkenan mohon bisa dikirim lewat e-mail diatas.
    Banyak terima kasih.

    Comment by andreas — January 5, 2010 @ 1:27 pm | Reply

    • boleh sekali 🙂

      Comment by ningrum — January 6, 2010 @ 9:26 am | Reply

  3. teman…
    punya artikel tentang pemeriksaan OCT pada makula lutea ga???….klo ada bloh kah aku memintanya…hehehehehehe
    klo berkenan mohon bisa dikirim lewat email diatas…
    timakasih banyak sebelumnya..

    Comment by widya — March 4, 2010 @ 8:58 pm | Reply

    • teman..
      kebetulan ndak punya artikel-nya 😀 maaf ya 🙂

      Comment by ningrum — March 5, 2010 @ 7:11 am | Reply

  4. Artikel yang sangat bagus dan saya butuhkan.. Mbak, tlg aq d kirimi referensinya… Buat bikin referat mbak… Tlg ya.. Saya tunggu.. Mksh…

    Comment by Ferry — March 24, 2010 @ 10:09 pm | Reply

    • udah dikirim tuh 🙂

      Comment by ningrum — March 25, 2010 @ 2:02 pm | Reply

  5. Mba Ningrum,
    Terima kasih buat infonya sangat jelas, saya saat ini sedang mengalami CSCR ini.
    Kalau boleh mohon di share referensi yang digunakan jika ada tentang pengobatan dan proses penyembuhannya. Tolong kirim email ke alamat saya.
    Trims mba

    Comment by Mono — July 13, 2010 @ 3:02 pm | Reply

    • saya kirim daftar referensi tulisan ini saja ya 🙂

      Comment by ningrum — July 13, 2010 @ 10:28 pm | Reply

  6. mbak,maaf,bisa dikirimin referensinya ke email saya? trimakasih banget mbak..btw,catatannya mbk bagus..

    Comment by lia — August 25, 2010 @ 8:30 pm | Reply

    • ditunggu ya 🙂

      Comment by ningrum — August 25, 2010 @ 10:09 pm | Reply

  7. Artikel yang sangat bagus mbak.Mbak, tlg aq d kirimi referensinya… Buat bikin referat mbak.
    Tlg ya mbak. Mksh…

    Comment by putri — February 6, 2011 @ 11:22 am | Reply

    • iya

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 4:13 pm | Reply

  8. nice post.., boleh minta referensi lengkapnya? menarik sekali 🙂

    Comment by teri — March 2, 2011 @ 5:37 am | Reply

    • sure

      Comment by ningrum — March 19, 2011 @ 9:21 am | Reply

  9. bisa minta referensinya ga?? tq 😀

    Comment by fiqa — May 24, 2011 @ 10:53 pm | Reply

    • bisa aja

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 3:33 pm | Reply

  10. mba,bisa di share referensinya g???

    Comment by nurmi kadir — July 27, 2011 @ 6:31 pm | Reply

    • bisa

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 3:31 pm | Reply

  11. hi..it will be really nice if u can mail me the reference,it will be a great help.thank u vm

    Comment by shalina — August 3, 2011 @ 11:46 pm | Reply

    • ooowwwkeeyyyy…

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 3:31 pm | Reply

  12. mbak ningrum,, bisa tolong di share referensinya gag??makasih ya mbaakk

    Comment by Arda Agusta — August 9, 2011 @ 6:00 pm | Reply

    • owkeyy.. kembali kasih

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 3:26 pm | Reply

  13. post nya menarik sekali. boleh saya minta referensi nya lewat email saya diatas? buat ngerjain referat. thanks

    Comment by agarina — September 9, 2011 @ 11:57 am | Reply

  14. Can i have the reference…please..thank u

    Comment by J_P — June 6, 2012 @ 8:35 pm | Reply

  15. Sis ningrum, sy justru ketemu blog anda stlh menemukan blog lain yg serupa isinya dgn tulisan sis ini, saat sy ingin mencari tau lbh soal thermotheraphy transpupil.
    Rupanya tulisan sis ini jauh lbh dulu ditulis drpd blog yg sy temukan. Sis, boleh sy dishare lbh jauh ttg thermotherapinya saja itu gmn prosesnya sis? Dan dmn ada pengobatannya bgt? Trimakasih byk ya sis 🙂
    Ini nih.. blog yg isinya spt sm an sm blohnya sis Ningrum.. http://pajecko.blogspot.com/2010/05/inilah-penyakit-mata-kabur-karena.html

    Comment by Lizz — May 19, 2013 @ 12:33 pm | Reply

  16. sis, bahasannya menarik sekali. boleh saya tau daftar referensinya? bisa kirim email ke dinahermadha@gmail.com ditunggu ya asis. trimakasih 🙂

    Comment by din — October 19, 2013 @ 6:48 pm | Reply

  17. Mba catatan kecilnya ttg CSCR nya bagus, boleh tau daftar referensinya gak? email saya, nounouchi@ymail.com makasi banyak yaa,

    Comment by noup — July 26, 2015 @ 9:09 am | Reply

  18. Saya punya pengalaman berharga dengan penyakit ini. Sebelum tahun 2008, saat bangun tidur saya merasakan penglihatan saya kabur dan seperti ada penghalang pada mata kiri saya. Saya datang ke spesialis mata dan didiagnosa terkena CSCR atau kebocoran retina. Pada saat kondisi sangat parah, persepsi warna terganggu, obyek menjadi lbh kecil, garis lurus menjadi lengkung, dan penglihatan kabur. Pengobatan sdh diberikan oleh dokter, akan tetapi sampai obat habis, sama sekali tdk ada progress. Akhirnya saya browsing di internet dan menemukan sebuah artikel yg dipublish di jurnal terkemuka. Sayangnya saya hanya mendapatkan abstractnya saja. Dengan bantuan teman yg sdg study di LN, alhamdulillah saya bisa dapat full papernya. Pada artikel tersebut melaporkan terapi CSCR dengan menggunakan methyl salisilate dosis rendah (100mg). Saya coba mencari tahu, ternyata methyl salisilate merupakan bahan aktif dari “aspirin”. Akhirnya saya beranikan untuk mencoba terapi aspirin. Satu tablet dibagi empat dan diminum 1 bagian setiap hari. Alhamdulillah dalam jangka waktu 3 bulan mendapatkan progres yg sangat baik. Saya terus lakukan terapi ini, krn saya pernah berhenti dan mata sebelah kanan saya akhirnya juga kena CSCR. Saat periksa ke dokter spesialis mata, saya minta dokter juga memeriksa mata kiri saya, ternyata sembuh total. Saat itu dokter memberikan obat utk terapi mata kanan saya, dan sekali lagi tidak ada progress sampai obat habis. Akhirnya saya kembali mengonsumsi aspirin dosis rendah, alhamdulillah sembuh. Penyakit ini bisa datang kembali sewaktu waktu, dan ini terjadi beberapa kali ke saya saat saya menghentikan terapi aspirin. Oleh karena itu sejak th 2008 sampai sekarang saya terus lakukan terapi aspirin. Jika berhenti, kemungkinan besar CSCR akan mengganggu lagi, meskipun durasi menyerang kembali dalam waktu yg cukup lama. Semoga sharing pengalaman ini bermanfaat buat penderita CSCR.

    Jember, 25 Maret 2016

    Agung Wahyono

    Comment by Agung Wahyono — March 26, 2016 @ 6:52 am | Reply

    • Apakah ccsr yg mas Agung alami sudah sembuh sekarang?

      Comment by ardhy nugroho — June 2, 2016 @ 4:26 am | Reply

    • tlg info aspirin apa dan dosisnya. thx

      Comment by vadis — May 18, 2017 @ 4:51 pm | Reply

    • Informasi yang sangat bagus mas…
      Semoga kita dapat manfaatnya.
      Aamiin.

      Comment by Cris Duijo — March 1, 2018 @ 4:32 pm | Reply

    • Bisa minta contact hp nya mas, saya jg mengalami hal yg sama…ingin sharing…thx

      Comment by Arfan — September 4, 2018 @ 2:49 pm | Reply

    • Boleh sy minta infonya mas agung.
      dari pertama kena csrc sampai skg sdh berapa kali.. dan kesembuhan itu apa hanya setelah minum aspirin tersebut?
      Dan skg sdh sembuh total kah?

      Comment by Koko — September 18, 2019 @ 5:31 pm | Reply

    • Alhamdulillah ada pencerahan.terimakasih atas petunjuknya, saya kena CSCR.rasa2nya sudah putus asa, pengobatan dr dokter belum ada hasilnya

      Comment by Agus Salim — September 22, 2020 @ 12:33 pm | Reply

  19. Halo, Artikel yang sangat bermanfaat. Mbak Ningrum, boleh saya referensi tentang artikel yang anda tulis ini via email yoursoulmates@gmail.com . Terima kasih

    Comment by ardhy nugroho — May 8, 2016 @ 6:34 pm | Reply


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply to ningrum Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.