catatan kecil

July 5, 2009

Obat-obat Bronkodilator

Filed under: med papers,Pulmo — ningrum @ 12:07 pm

BAB I

PENDAHULUAN

Udara memasuki paru-paru melalui saluran udara utama (bronchus) lalu masuk ke saluran udara yang lebih kecil (bronchiolus), lalu ke alveoli. Kesulitan bernafas meliputi nafas pendek, batuk dan wheezing, yang secara normal sebagai hasil penyempitan lumen bronchiolus sehingga ruang untuk dilewati udara semakin sempit. (1,2)

Bronkodilator adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan emfisema.

Bronkodilator mendilatasi bronchus dan bronchiolus yang meningkatkan aliran udara. Bronkodilator dapat berupa zat endogen atau berupa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas.(1,2)

BAB II

Obat-Obat Bronkodilator

Tipe utama bronkodilator :

  1. Adrenergik
  2. Antikolinergik
  3. Xanthin

1. Adrenergika

Yang digunakan adalah b2-simpatomimetika (singkatnya b2-mimetika) yang berikut : salbutamol, terbulatin, tretoquinol, fenoterol, rimiterol, prokaterol (Meptin), dan klenbuterol (Spriropent). Lagi pula, obat long-acting yang agak baru, yaitu salmoterol dan formoterol (dorudil).

Zat-zat ini bekerja lebih kurang selektif terhadap reseptor b2 adrenergis dan praktis tidak terhadap reseptor- b1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap kedua reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap jantung, seperti efedrin, inprenalin, orsiprenalin dan heksoprenalin. Pengecualian adalah adrenalin (reseptor dan b) yang sangat efektif pada keadaan kemelut.

  • Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor b2 di trachea (batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic-adenosin monophosphat (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.
  • Penggunaannya semula sebagai monoterapi kontinu, yang ternyata secara berangsur meningkatkan HRB dan akhirnya memperburuk fungsi paru, karena tidak menanggulangi peradangan dan peningkatan kepekaan bagi alergen pada pasien alergis. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun hanya digunakan untuk melawan serangan atau sebagai pemeliharaan dalam kombinasi dengan obat pencegah, seperti kortikosteroid dan kromoglikat.
  • Kehamilan dan laktasi. Salbutamol dan terbutalin dapat digunakan oleh wanita hamil, begitu pula fenoterol dan heksoprenalin setelah minggu ke-16. salbutamol. Terbutalin, dan salmeterol mencapai air susu ibu. Dari obat lainnya belum terdapat cukup data untuk menilai keamanannya; pada binatang percobaan, salmoterol ternyata merugikan janin (3,4).

Obat-obat adrenergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

v     Adrenalin epinefrin Lidonest 2%.

Zat adrenergik ini dengan efek alfa + beta adalah bronchodilator terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat. Sering kali senyawa ini dikombinasi dengan tranquillizer peroral guna melawan rasa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.

Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan terhadap jantung palpitasi, aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul pula hyperglikemia, karena efek antidiabetika oral diperlemah.

Dosis pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1 : 1.000 yang dapat diulang dua kali setiap 20 meter (tartrat) (3,4).

v     Efedrin : *Asmadex, * Asmasolon, * Bronchicum”

Derivat – adrenalin ini memiliki efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan bertahan lebih lama (4 jam). Efedrin dapat diberikan secara oral maka banyak digunakan sebagai obat asma (bebas berbatas tanpa resep) dalam berbagai sediaan populer, walaupun efek sampingnya dapat membahayakan.

Resorpsinya baik dan dalam waktu ¼ – 1 jam sudah terjadi bronchodilatasi. Di dalam hati, sebagian zat dirombak ekskresinya terutama lewat urin secara utuh. Plasma ½-nya 3-6 jam.

Efek samping, pada orang yang peka, efedrin dalam dosis rendah sudah dapat menimbulkan kesulitan tidur, tremor, gelisah dan gangguan berkemih. Pada overdose, timbul efek berbahaya terhadap SSP dan jantung (palpitasi) (3,4).

v     Isoprenalin : Isuprel Aleudrin

Derivat ini mempunyai efek b1 + b2 adrenergis dan memiliki daya bronchodilatasi baik tetapi resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. Resorpsinya dari mulut (oromukosal sebagai tablet atau larutan agak lebih baik dan cepat, dan efeknya sudah timbul setelah beberapa menit dan bertahan sampai 1 jamn.

Penggunaannya sebagai obat asma sudah terdesak oleh adrenergika dengan khasiat spesifik tanpa efek beta-1 (jantung), sehingga lebih jarang menimbulkan efek samping. Begitu pula turunnya, seperti yang tersebut di bawah ini, sebaiknya jangan digunakan lagi (3,4).

v     Orsiprenalin (Metaproterenol, Alupent, Silomat comp)

Adalah isomer isoprenalin dengan resorpsi lebih baik, yang efeknya dimulai lebih lambat (oral sesudah 15-20 menit tetapi bertahan lebih lama, sampai 4 jam. Mulai kerjanya melalui inhalasi atau injeksi adalah setelah 10 menit.

Dosis 4 dd 20 mg (sulfat), i.m. atau s.c. 0,5 mg yang dapat diulang setelah ½ jam, inhalasi 3 – 4 dd 2 semprotan (3,4).

v     Salbutamol: ventolin, salbuven

Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergikan pertama (1986) yang pada dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor b2. selain berdaya bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap stabilisasi mastcell, maka sangat efektif mencegah maupun meniadakan serangan asma. Dewasa ini obat ini sudah lazim digunakan dalam bentuk dosis-aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek samping yang lebih ringan daripada penggunaan per oral. Pada saat inhalasi seruk halsu atau larutan, kira-kira 80% mencapai trachea, tetapi hanya 7 -8% dari bagian terhalus (1-5 mikron) tiba di bronchioli dan paru-paru.

Efek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing-pusing, mual, dan tremor tangan. Pada overdose dapat terjadi stimulasi reseptor b-1 dengan efek kardiovaskuler: tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan instruksi yang cermat agar jangan mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu singkat, karena dapat terjadi tachyfylaxis (efek obat menurun dengan pesat pada penggunaan yang terlalu sering).

Dosis 3-4 dd 2-4 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100 mcg, pada serangan akut 2 puff yang dapat diulang sesudah 15 menit. Pada serangan hebat i.m. atau s.c. 250-500 mcg, yang dapat diulang sesudah 4 jam (3,4).

v     Terbutalin : Bricasma, Bricanyl

Derivat metil dari orsiprenalin (1970) ini juga berkhasiat b2 selektif. Secara oral, mulai kerjanya sesudah 1-2 jam, sedangkan lama kerjnya ca 6 jam. Lebih sering mengakibatkan tachycardia.

Dosis 2-3 dd 2,5-5 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 250 mcg, maksimum 16 puff sehari, s.c. 250 mcg, maksimum 4 kali sehari (3,4).

v     Fenoterol (berotec)

Adalah derivat terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang sama. Efeknya lebih kuat dan bertahan ca 6 jam, lebih lama daripada salbutamol (ca 4 jam).

Dosis : 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg, dan inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 200 mcg (3,4).

  1. 2. Antikolinergika

Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergis dan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergis terhambat, maka sistem kolinergis akan berkuasa dengan akibat bronchokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.

Penggunaan terutama untuk terapi pemeliharaan HRB, tetapi juga berguna untuk meniadakan serangan asma akut (melalui inhalasi dengan efek pesat).

Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak dan tachycardia, yang tidak jarang mengganggu terapi. Yang terkenal pula adalah efek atropin, seperti mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan penglihatan buram akibat gangguan akomodasi. Penggunaanya sebagai inhalasi meringankan efek samping ini (3,4).

Contoh obat antikolinergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

Ipratropium : Atrovent

Derivat-N-propil dari atropin ini (1974) berkhasiat bronchodilatasi, karena melawan pembentukan cGMP yang menimbulkan konstriksi. Ipratropin berdaya mengurangi hipersekresi di bronchi, yakni efek mengeringkan dari obat antikolinergika, maka amat efektif pada pasien yang mengeluarkan banyak dahak. Khususnya digunakan sebaga inhalasi, efeknya dimulai lebih lambat (15 menit) dari pada b2-mimetika. Efek maksimalnya dicapai setelah 1-2 jam dan bertahan rata-rata 6 jam. Sangat efektif sebagai obat pencegah dan pemeliharaan, terutama pada bronchitis kronis. Kini, zat ini tidak digunakan (lagi) sebagai monoterapi (pemeliharaan), melainkan selalu bersama kortikosteroida-inhalasi. Kombinasinya dengan b2-mimetika memperkuat efeknya (adisi).

Resorpsinya secara oral buruk (seperti semua senyawa amonium kwaterner). Secara tracheal hanya bekerja setempat dan praktis tidak diserap. Keuntungannya ialah zat ini juga dapat digunakan oleh pasien jantung yang tidak tahan terhadap adrenergika.

Efek sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual, nyeri kepala, dan pusing.

Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg (bromida) (3,4).

3.   Derivat Xanthin: teofilin, aminofilin

Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor adenosin. Selain itu, teofilin seperti kromoglikat mencegah meningkatnya hiperektivitas dan berdasarkan ini bekerja profilaksi. Resorpsi dari turunan teofilin amat berbeda-beda; yang terbaik adalah teofilin microfine (particle size 1-5 micron) dan garam-garamnya aminofilin dan kolinteofilinat. Penggunaanya secara terus-menerus pada terapi pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi serta hebatnya serangan. Pada keadaan akut (infeksi aminofilin) dapat dikombinasi dengan obat asam lainnya, tetapi kombinasi dengan b2-mimetika hendaknya digunakan dengan hati-hati berhubungan kedua jenis obat saling memperkuat efek terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin (Asmadex, Asmasolon) praktis tidak memperbesar efek bronchodilatasi, sedangkan efeknya terhadap jantung dan efek sentralnya amat diperkuat. Oleh karena ini, sediaan kombinasi demikian tidak dianjurkan, terutama bagi para manula.

Tablet sustanined release (Euphyllin retard 125-250 mg) adalah efketif untuk memperoleh kadar darah yang konstan, khususnya pada waktu tidur dan dengan demikian mencegah serangan tengah malam dan morning dip (3,4).

  • Kehamilan dan laktasi

Teofilin aman bagi wanita hamil. Karena dapat mencapai air susu ibu, sebaiknya ibu menyusui bayinya sebelum menelan obat ini (3,4).

Obat-obat golongan xanthin yang sering digunakan sebagai bronchodilator

v     Teofilin : 1,3 dimryilkdsnyin, Quibron-T/SR Theobron.

Alkaloida ini (1908) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada daun teh (Yuntheos = Allah, phykllon = daun) dan memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung (efek inotrop positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga menstimulasi SSP dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah dan singat. Kofein juga memiliki semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek stimulasi sentralnya yang lebih kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan asma.

Efek bronchodilatasinya tidak berkorelasi baik dengan dosis, tetapi memperlihatkan hubungan jelas dengan kadar darahnya dan kadar di air liur. Luas terapeutisnya sempit, artinya dosis efektifnya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya. Untuk efek optimal diperlukan kadar dalam darah dari 10-15 mcg/ml, sedangkan pada 20 mcg/ml sudah terjadi efek toksis. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menetapkan dosis secara individual berdasarkan tuntutan kadar dalam darah. Hal ini terutama perlu pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan pada manula diatas 60 tahun, yang sangat peka terhadap overdose, juga pada pasien gangguan hati dan ginjal. Terapi dengan teofilin harus dipandu dengan penentuan kadar dalam darah.

Resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. Itulah sebabnya mengapa bronchodilator tua ini (1935) dahulu jarang digunakan. Baru pada tahun 1970-an, diketahui bahwa resorpsi dapat menjadi lengkap bila digunakan dalam bentuk seruk microfine. (besarnya partikel 5-10 mikron) begitu juga pada penggunaan sebagai larutan, yang seperlunya ditambahkan alkohol 20%. Plasma-t ½ nya 3-7 jam, ekskresinya berlangsung sebagai asam metilurat lewat kemih dan hanya 10% dalam keadaan utuh. Teofilin sebaiknya digunakan sebagai sediaan ‘sutanined release’ yang memberikan resorpsi konstan dan kadar dalam darah yang lebih teratur.

Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada overdose terjadi efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor, dan konvulsi) serta gangguan pernafasan, juga efek kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin.

Dosis 3-4 dd 125 – 250 mg microfine (retard).

1 mg teofilin 0 aq = 1,1 g teofilin 1 aq = 1,17 g aminofilin 0 aq = 1,23 g aminofilin 1 aq (3,4).

v     Aminofilin (teofilin-etilendiamin, Phyllocomtin continus, Euphylllin)

Adalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah), juga pada penggunaan dalam suppositoria dan injeksi intramuskuler (nyeri). Pada serangan asma, obat ini digunakan sebagai injeksi i.v.

30 Comments »

  1. Saya umur 60 tahun punya penyakit asma. Kalau penyakit kambuh, biasanya saya pergi ke UGD (Unit Gawat Darurat di rumah sakit). Sudah 3 tahun ini kalau asma mau kambuh saya tidak ke UGD, tetapi saya minum euphyllin retard 1/2 tablet. Celakanya, setiap hari saya harus meminumnya sehari 3 (tiga) kali. Bila tidak minum pasti kambuh.Apakah ada alternatif cara penyembuhan yang lain ya???

    Comment by Mardi — October 8, 2010 @ 8:22 am | Reply

    • penatalaksanaan asma bronkial adalah dengan kortikosteroid dan bronkodilator.
      sudah berapa lama terkena asma? sudahkah berkonsultasi dengan dokter spesialis paru untuk pengobatan yang benar dan adekuat?
      saran saya, cobalah berkonsultasi dengan dokter spesialis paru untuk kepastian diagnosa, penyebab, dan prognosa penyakit 🙂
      saya juga menyarankan untuk berolahraga untuk melatih pernapasan 🙂

      Comment by ningrum — October 14, 2010 @ 5:58 am | Reply

    • Berhubung lagi co-ass stase paru, ada banyak juga pasien asma, jadi dokter spesialis paru sekarang banyak menggunakan seretide, yang kandungannya dah ada anti-inflamasi berupa fluticasone dan bronkodilatornya berupa salmeterol. insyaAllah aman digunakan walaupun sering, efeknya juga bersifat lokal karena langsung ke TKP (Tempat Kejadian Penyakit) alias langsung ke saluran pernapasan, jadi dapat mengurangi efek steroid yang bersifat sistemik apabila diminum secara oral. Untuk asma beberapa dokter menyarankan untuk hanya digunakan apabila timbul gejalanya, sedangkan untuk pasien PPOK disarankan untuk menggunakannya 2x sehari (tiap 12 jam) agar tidak timbul gejala. Cara penggunaannya juga mudah, mungkin bisa disearch. Obat ini dari luar negeri dan mahal, tapi alhamdulillahnya di Indonesia bisa gratis lewat askes ataupun jamkesmas…jadi mungkin obat ini bisa dicoba!

      Comment by ummu_Ibrahim — July 13, 2012 @ 6:27 am | Reply

  2. Berapa Harga Obat Bronkkodilator ya ?

    Comment by Muhammad Zein — December 26, 2010 @ 6:41 pm | Reply

    • maaf mas… saya tidak begitu tau masalah harga..
      lagipula jenis bronkodilator kan banyak 🙂

      Comment by ningrum — December 28, 2010 @ 6:27 am | Reply

  3. Kami bisa pesan Obat Bronkodilator nggak disini ?

    Comment by Muhammad Zein — January 10, 2011 @ 6:53 pm | Reply

    • maaf… ndak bisa 🙂
      saya hanya seorang dokter, bukan orang perusahaan farmasi 😀

      Comment by ningrum — January 23, 2011 @ 6:05 pm | Reply

  4. selmat mlm…
    sy norma,mau bertanya APA BEDANYA KANDUNGAN ‘FENOTEROL dan BUDESONIDE’.dokter menyarankan unuk memakai obat INFLAMMIDE,tp sy sush untuk mdapatkannya d apotik.lalu sy d sarankan untk memakai BEROTEC.apakah k2 obat itu pencegah asama.TRIM’S

    Comment by nourma ms — February 25, 2011 @ 10:01 pm | Reply

    • ke2nya merupakan obat untuk asma, akan tetapi kerjanya berbeda.
      untuk fenoterol, itu adalah bronkodilator, yang kerjanya melapangkan bronkus agar bisa bernafas lega.
      sementara budesonide, itu merupakan anti inflamasi, yang kerjanya adalah memperbaiki sel-sel saluran nafas yang mengalami peradangan pada asma.
      biasanya pada orang asma, ke-2 obat tersebut dianjurkan untuk diberikan. malah ada obat yang merupakan kombinasi ke2nya.
      sekian

      Comment by ningrum — March 19, 2011 @ 9:24 am | Reply

  5. Ibu saya menderita batuk dan sesak nafas. Sy sdh menyarankan utk ke dokter tp beliau menolak. Obt apa ya dok yg sesuai, mengingat batuknya yg berdahak. Krn saya jg tdk tahu apakah sesak nafasnya krn banyaknya dahak atau krn asma. Ibu sy memang punya riwayat alergi tapi asma atau tdk blm terdeteksi secara pasti

    Comment by Aprilia — May 1, 2011 @ 12:46 pm | Reply

    • untuk awalnya berikan obat batuk ekspektoran yang berfungsi mengeluarkan dahak.
      lebih lanjut bujuklah ibu anda untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis paru

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 4:11 pm | Reply

  6. Saya sering batuk pilek dan kadang sesak nafas, saya pikir itu cuma alergi debu/dingin karen biasanya tanpa perlu diobati asal sudah istirahat akan sembuh sendiri. Tapi, kemarin saya mengalami sesak nafas yang cukup lama sehingga saya periksa ke dokter kemudian disuruh opname. Dari hasil rontgen ternyata saya menderita bronchitis. Saya ingin bertanya, apakah bronchitis bisa menular? Apa bronchitis bisa sembuh total? Apa penyakit ini nantinya akan sering kambuh? Kalau sedang kambuh obat apa yang sebaiknya saya minum untuk mengatasi sesak nafas & obat tersebut aman untuk ibu hamil/menyusui? Terima kasih.

    Comment by Khikmah — May 9, 2011 @ 9:19 am | Reply

    • bronchitis bisa kambuh.
      biasanya pada ibu hamil, untuk amannya hanya diberikan inhalasi oksigen.
      cobalah mbak khikmah untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh 🙂

      Comment by ningrum — August 13, 2011 @ 4:09 pm | Reply

  7. Saya Diah,anak saya pada umur 5 bln terinfeksi TBC dari neneknya, saat ini neneknya sdh meninggal, anak saya sudah melakukan pengobatan paru selama 6 bln dan sdh dikatakan bagus oleh dokter ,namun usianya kini sdh berjalan 2 thn, terkadang sering mengalami batuk dan napas yang berdebar2, saya pernah diberi resep oleh dokter yaitu salbuven. saya sering ketakutan kalau anak saya batuk jd langsung saya berikan salbuven yg didalamnya termasuk expectoran. apakah pengaruhnya bagi anak saya kalau mengkonsumsi obat tersebut secara continue..

    Comment by diah — December 8, 2011 @ 1:11 pm | Reply

    • alangkah lebih baik, jika ibu mengkonsultasikan ke dokter untuk gejala yang diderita anak ibu tersebut. karena pemberian obat tanpa indikasi atau dengan indikasi yang salah akan menyebabkan efek samping 🙂

      Comment by ningrum — December 17, 2011 @ 10:57 am | Reply

  8. anak saya umur 11 tahun, sdh divonis dokter menderita asma. sempat dirawat 3 hari dengan pemberian nebulizer sampai 12 kali. setelah itu disarankan minum meptin sirup bersamaan dengan obat hisap yang mengandung benoside sehari satu kali selama dua bulan. sekarang masih dijalani. tapi saya khawatir, anak saya pernah menjalani perawatan karena tertular TB paru waktu umur 6 tahun. bagaimana efek samping dari pengobatan yang sekarang dilakukan?apakah memang harus continue mengkonsumsi obat, sampai kapan?

    Comment by rizky — February 7, 2012 @ 9:28 am | Reply

  9. maaf bu, obatnya yg dipake sekarang, pulmicort, yang mengandung budesonide (bukan benoside)….

    Comment by rizky — February 7, 2012 @ 9:35 am | Reply

  10. dok, adakah pengaruh pencampuran antara teofilin dan efedrin sulfat? kalo ada bagaimana? dan apakah ada dosis maksimum pemberiannya? terima kasih..

    Comment by restu — March 13, 2012 @ 1:49 pm | Reply

  11. Saya pengidap asma, tetapi jarang sekali kambuh, rajin berolahraga batminton, baru-baru ini kambuh, kebetulan alupent saya habis, ke apotik infonya sdh discontinue, untuk inhaler saya direkomendasikan menggunakan ventolin, celakanya saya alergic terhadap gin dan alcohol, jadi setelah mencoba alregic saya muncul, bawah mata saya jadi bengkak sedikit, adakah inhaler lain yang setara dengan alupent yang sangat cocok bagi saya? Terima kasih.

    Comment by Fredy Asalim — April 29, 2012 @ 9:36 am | Reply

  12. k…jazakillahu khoiron y infonya…ni nanda…banyak pertanyaan menanti tuh ka di atas…maybe ur busy…may I help u to answer because I’m in pulmonal state now??

    Comment by ummu_Ibrahim — July 13, 2012 @ 6:33 am | Reply

  13. sya jg pnya asma, dan obat yang sya mnum adl teosal, yg mngndung theofilin dan salbutamol, typ hr bsa dblang hrs sllu mnum 2-3X shri..
    kra2 teosal pnya efk smping yng bhya gak?? aplgi jka bwt wnita hamil???

    Comment by kiseki — October 13, 2012 @ 10:04 am | Reply

  14. Thanks infonya, bermanfaat banget…

    Comment by nia — January 1, 2013 @ 1:08 am | Reply

  15. ini sumbernya dari mana kak ?

    Comment by Arina Windri Rivarti — June 10, 2013 @ 11:20 pm | Reply

  16. ass… mohon mf dok mau nanya, ibu saya umur sekitar 50 thun,
    Batuk di malam hari disertai lendir dan berakhir dengan mengi atau suara serak/hilang merek nama obat apa yang paling ampuh? terima kasih dok

    Comment by bella ayu — June 28, 2013 @ 5:28 pm | Reply

  17. saya fitri, usia 21 tahun,, saya didiagnosa menderita asma dari usia tiga tahun,, tapi sampai sekarang belum diketahui apa penyebab kambuhnya penyakit asma saya, dan saya sudah sering tes alergi tapi hasilnya negatif, obat yang saya konsumsi aminhophilin, salbutamol, ventolin inhalir, berotex, tapi kenapa setelah saya konsumsi berotex atau ventolin tenggorokan saya terasa gatal dan bibirnya samping terasa gatal,,,,,,

    mhon jawabannya

    Comment by fi3ani__mungilz (@fi3mungilz_ani) — October 16, 2013 @ 6:20 pm | Reply

  18. saya mau bertanya apakah aman meminum terus meptin syrup apabila saya merasakan efek sampingnya seperti tremor walaupun tidak terlalu. terima kasih

    Comment by diny — March 21, 2014 @ 3:06 pm | Reply

  19. […] Obat yang mengandung Bronkodilator, berfungsi untuk melonggarkan pernafasan. Obat yang diberikan biasanya adalah terbutalin, […]

    Pingback by Mengenal Penyakit Bronkitis Akut, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya - Jurnal Ahli Herbal — March 22, 2014 @ 8:08 am | Reply

  20. dok maaf, mohon bantuan untuk informasi? penggunaan meptin inhalasi utk usia 5 bln BB 5.750 jika tidak menggunakan meptin bisa digantikan apa?
    saya yang ada di rumah baru NaCl dan Ventolin, untuk dahaknya agar bisa keluar sdh dikombinasi dri obat oral. Rhinos Neo Drop, Cetrizine, Promuxol.
    Apakah bisa ditambah lainnya atau sdh ckup?

    Comment by GRACE PASKALIA MARAMIS — January 14, 2017 @ 8:41 am | Reply

  21. dok,apa contoh dari obat aerosol dan kandungannya

    Comment by eza — November 11, 2017 @ 3:38 pm | Reply


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply to ningrum Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.